Rabu, 11 Februari 2015
A. BUSANA,
FASHION DAN IDENTITAS
Fashion,
pakaian, busana sudah menjadi bagian penting dari gaya, trend, penampilan
keseharian. Sebagai fenomena budaya dan komunikasi. Ketika perkembangan fashion
, model busana, rancangan, pakaian, gaya kostum ditanah air mencapai titik yang
mengesankan. Berbicara tentang pakaian sesungguhnya berbicara tentang suatu
yang erat dengan diri kita. Tak heran, kalau dalam kata-kata Thomas Carlyle,
pakaian menjadi “perlambang jiwa” (emblems of the soul). Pakaian bisa
menunjukkan siapa pemakainya. Dalam kata-kata tersohor dari Eco, “I speak
through my clothes” (aku berbicara lewat pakaianku).
B. BUSANA
DAN KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL
Pentingnya peran busana, pakaian, dandanan dan
perhiasan dalam proses komunikasi insani telah mendapatkan sorotan dari
beberapa penulis. Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi omunikatif. Busana,
pakaian, kostum dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual (artifactual
communication). Komunikasi artifactual biasanya didefinisikan sebagai
komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan penataan berbagai artefak,
misalnya pakaian, dandanan, barang perhiasan,kancing baju atau furnitur dirumah
dengan penataannya, ataupun dekorasi ruang anda. Karna fashion, pakaian atau
busana menyampaikan pesan-pesan non-verbal, ia termasuk komunikasi non-verbal.
Pada awal penelitian komunikasi
non-verbal, Ruesch & Kees mengusulkan untuk mengkaji pesan-pesan objek
dalam kehidupan sehari-hari sebagai
bahasa objek (object languanges) (1956). Fashion dan kosmetika mungkin
adalah arena yang paling jelas dan tepat bekerjanya hasrat konsumen untuk
membeli produk karna mereka berhasrat untuk tampak seperti model fashion yang
mereka lihat dimajalah pop.
C. PAKAIAN
DAN TRANSFORMASI SOSIAL
Pakaian
dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan budaya kita” (our social and cultural
skin) (Nordholt, 1977:1). Busana juga dipandang sebagai “perpanjangan tubuh”
(an extension of the body). Pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi, oleh
karna memilih pakaian, baik ditoko maupun dirumah, berarti mendefinisikan dan
menggambarkan diri kita sendiri” (Lurie, 1992:5). Gaya busana merupakan suatu
indikator status yang jelas. Dengan demikian, terbukti negara dan kelompok
kepentingan berhasil menggunakan kode-kode busana untuk menciptakan penampilan
yang kuat kontrol negara, kebangsaan dan solidaritas kelompok (Nordholt,
1997:1).
Busana
adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang palig jelas dari
penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari
yang lain dan selanjutnya diidentifikasi sebagai suatu kelompok tertentu.
Pakaian atau busana tentu sering dipakai sebagai simbol nasionalisme dan agama.
D. FASHION,
MAKNA DAN IDENTITAS AGAMA
Banyak
teori pascamodern yang mengistimewakan budaya media sebagai situsimplosi
identitas dan fragmentasi subjek, meski hanya ada sedikit subsidi yang mendalam
tentang teks media dan efeknya dari perspektif ini. Melalui teks dan praktik
budaya media populer kita bisa melihat produksi citra dalam kaitannya dengan
dinamika identitas dalam masyarakat pasca modern. Dengan mengkaji artefak
budaya populer seperti tampak pada pergeseran selera dan gaya kaum Muslim dalam
berbusana dan trend fashion Muslim akhir-akhir ini, kita bisa berbicara banyak
tentang pergulatan identitas Muslim dalam masyarakat Indonesia komtemporer.
Pandangan yang bernada kritis
menanggapi perkembangan menanggapi perkembangan salah satu Muslim yang
dikenakan para wanita di dunia islam yang dianggap sebagai suatu wujud kontrol
ideologi patriarki adalah dari salah seorang tokoh feminis islam.
Bagaimana dengan perkembangan
fashion Muslim di Indonesia dan makna busana Muslim di Indonesia dan makna
busana Muslim bagi pemakainya? Hampir semua wanita yang memakai busana muslim
merasa yakin bahwa dirinya adalah Muslim yang lebih baik daripada sebelumnya.
Meski tidak berarti mereka selalu lebih shaleh daripada wanita yang memakai
busana Muslim. Busana Muslim yang mematuhi kebutuhan dan selera khas menengah
dan kelas atas, mencuatmenjadi mode sejak 1990-an.
Rupanya “islamisasi” industri
catwalk dan komoditi kecantikan yang sepenuhnya fenomena sekular telah bertemu
dengan kapitalisasi selera dan gaya hidup Muslim dalam berbusana.
E. KRITIK
IDEOLOGI DAN SEMIOTIKA FASHION
Kalau
kita kembali pada karya Bernard, Fashion as Communication, akan tampak
pandangan kritisnya terhadap fashion sebagai kode komoditi kapitalis. Ia
membawa kita kepada fungsi ideologi dan politik dari pakaian. Dia secara
hati-hati menghadirkan pandangan tafsir yang banyak segi tentang penelitian
dengan fashion. Misalnya mengajukan pertanya tentang apakah makna yang
dikonstruksi oleh fashion ditinjau sebagai sistem penandaan internal ataukah
eksternal. Dalam karyanya tersebut Benard menampilkan sejumlah alasan untuk
kedua pandangan tersebut.
Berbicara
tentang fashion dan pakaian sebagai artefak budaya tak bisa tidak membawa kita
pada kajian semiotika. Dalam hal ini, semiotika objek. Semiotika objek mengkaji
potensi komunikatif artefak-artefak budaya dan objek-objek alam. Paradigma
semiosis objek adalah “bahasa komoditi” (the languange of commodities). Pakaian
adalah komoditi. Untuk menyebut salah satu karya perintis dalam semiotika objek
adalah studi Barthes tentang fashion.
Sebagai
karya antardisiplin, Barnard menganalisis fashion dan pakaian sebagai fenomena moderna
dan pascamodern. Mengambil dari pendekatan-pendekatan teoretis terhadap budaya,
khususnya pendekatan Simmel, Derrida, Baudrillard, Jameson dan Barthes mengkaji
konsekuensi-konsekuensi pascamodernisme bagi fashion sebagai mengomunikasikan
identitas-identitas kelas, gender, seks dan sosial.
ANALISIS
UNSUR/ELEMEN SENI DAN DESAIN
A. Konsep
Dasar Tata Seni Rupa dan Desain
Karya
seni saja tidak dituntut harus bernilai artistik tetapi harus mengemban misi
tertentu. Karenanya, sesuatu yang mengerikan atau menakutkanpun dapat
dimasukkan menjadi karya seni.
Unsur/elemen
seni dan desain sebagai bahan merupa/mendesain meliputi: bentuk, raut, ukuran,
arah, tekstur, warna, value dan ruang. Unsur-unsur seni rupa dan desain sebagai
bahan merupa (menyusun seni), satu sama lain berhubungan sehingga merupakan
satu kesatuan. Setiap karya seni/desain didalamnya pasti memiliki semua unsur
tersebut. Adapun hubungan antar unsurnya sebagai berikut:
a. Bentuk
apa saja, termasuk karya seni, pasti memiliki bentuk dan setiap bentuk tersebut
dapat disederhanakan menjadi titik, garis, bidang dan gempal volume.
b. Setiap
bentuk (titik, garis, bidang, gempal) mempunyai raut, ukuran, arah, warna,
value dan tekstur.
c. Setiap
bentuk selalu dan pasti menempati ruang, baik berupa ruang dwimatra (2d)
ataupun trimatra (3d)
d. Bentuk
dalam ruang memiliki kedudukan, jumlah, jarak dan gerak.
e. Empat
hal tersebut merupakan pertalian antara bentuk atau ruang.
B. MEMBENTUK KARYA SENI DAN DESAIN
Membentuk
karya seni/desain sama halnya seperti orang yang akan mendirikan bangunan. Bila
seseorang mendirikan bangunan/rumah, ia tentu membutuhkan bahan-bahan seperti
batu, pasir, semen, batu bata dan lain-lain.
Karya seni dan desain, baik yng dua
dimensi (dwimatra) maupun tiga dimensi (trimatra), mempunyai mode tata visual
yang sama, yang berbeda hanya bahannya. Bila karya seni dwimatra menggunakan
unsur/media garis berwujud kawat, tali, benang dan seterusnya. Demikian pula
pernyataan bidang trimatra akan berwujud seng, triplek, karton dan sebagainya,
serta pernyataan gempal dengan wujud kotak, kaleng, balok dan lain-lain, yang
wungkul tiga demensi nyata.
Dasar-dasar seni dan desain
disamping mempelajari metode menata/menyusun rupa/visual untuk memperoleh
keindahan, juga mempelajari bahan rupa. Unsur-unsur garis, bidang, gempal,
warna, value, tekstur dan sebagainya memiliki karakter sendiri-sendiri yang
merupakan bahasa rupa/visual. Bahasa rupa ini sangat penting dalam penciptaan
karya seni/desain, karna dengan landasan bahasa rupa ini si pencipta dapat
menyampaikan pesan sesuai dengan misi yang diinginkan.
ANALISIS
UNSUR/ELEMEN SENI DAN DESAIN: WARNA, VALUE/TONE
1. Warna
Warna
dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman
indra penghilatan.
Secara subjektif/psikologis
penampilan warna dapat diberikan kedalam hue (rona warna atau corak warna),
value (kualitas terang-gelap warna atau tua
muda warna, chroma (intensitas, kekuatan warna yaitu murni-kotor warna,
cemerlang suram warna, atau cerah redup warna.
Warna menurut kejadiannya, warna
dibagi menjadi 2, yaitu warna additive dan subtractive. Additive adalah
warna-warna yang berasal dari cahay yang disebut spektrum. Sedangkan warna
subtractive adalah warna yang berasal dari pigmen. Warna pokok additive ialah
Red, Green, Blue, dalam komputer disebut RGB. Warna pokok subtractive menurut
teori adalah sian (cyan), magenta, dan kuning (yellow) dalam komputer disebut
warna model CMY.
Dalam teori, warna-warna pokok
additive dan subtractive disusun ke dalam sebuah lingkaran. Di dalam lingkaran
itu warna pokok additive dan warna pokok subtractive saling berhadapan atau
saling berkomplemen.
2. Percampuran
warna cahaya (spektrum)
Warna
pokok cahaya terdiri atas merah (red), hijau (green) dan biru (ng disebut juga
sebagai blue), atau RGB yang disebut juga sebagai additive color system.
Pelbagi kemungkinan campuran warna-warna cahaya tersebut akan menghasilkan
warna-warna diluar ketiganya. Pebagai kemungkinan percampuran warna cahaya itu
ialah sebagai berikut:
-
Cahaya biru dipadukan dengan cahaya
merah menghasilkan cahaya magenta.
-
Cahaya sian merah dipadukan dengan
cahaya hijau menghasilkan cahaya kuning.
-
Cahaya hijau dipadukan dengan cahaya
biru menghasilkan cahaya (cyan).
-
Cahaya biru dipadukan dengan cahayamerah
dan cahaya hijau menghasilkan cahaya putih jernih/bening/cahaya terang siang
hari/ gabungan dari spektrum cahaya. Putih berarti memuat semua spektrum
cahaya.
3. Percampuran
warna bahan (pigmen)
Warna
pokok bahan terdiri dari sian (cyan), magenta dan kuning (yellow) atau disebut
CMY. Dengan cara mencampur warna-warna pokok ini dalam pelbagai kemungkinan
kombinasi, kita dapat memperoleh warna-warna lain diluar ketiganya. Pelbagai
kombinasi itu diantaranya ialah sebagai berikut:
-
Pigmen kuning dicampur dengan sian
menghasilkan hijau.
-
Pigmen magenta dicampur dengan pigmen
kuning menghasilkan jingga merah (orange).
-
Pigmen sian dicampur dengan magenta
menghasilkan ungu biru (violet).
-
Pigmen kuning dicampur magenta dicampur
sian menghasilkan warna gelap/hitam. Hitam artinya tidak ada spetrum cahaya,
karna hitam bukan spektrum cahaya.
4. Warna
Bahan (Pigmen)
Percampuran
2 warna pertama (primer) akan melahirkan warna kedua (sekunder), yaitu:
-
Pigmen Merah (Red/vermilion) dicampur
pigmen Kuning (Yellow) menjadi jingga/oranye.
-
Pigmen Merah (Red/Vermillion) dicampur
pigmen Biru (Blue/ultramaryn) menjadi Ungu/Violet.
-
Pigmen Biru (Blue/Ultramaryn) dicampur
pigmen Kuning (Yellow) menjadi Hijau.
Jingga/oranye,
ungu/violet, hijau yakni hasil percampuran dua warna primer tersebut diatas
disebut warna sekunder.
5. Dimensi-dimensi
Warna
Terdapat
3 dimensi warna yang sangat besar pengaruhnya terhadap tata rupa, yaitu hue,
value dam chroma. Hue adalah realitas/rona/corak warna, yaitu dimensi mengenai
klasifikasi warna, nama warna, dan jenis warna. Value adalah tonaltas warna,
yaitu dimensi tentang terang-gelap warna atau tua muda warna disebut pula
“ke-terang-an” warna (lightness). Chroma adalah intensitas warna, yaitu dimensi
tentang cerah-redup warna, cemerlang, suram warna, murni kotor warna, disebut
pula “kecerahan” warna (brightness). Intensitas warna ini disebabkan oleh
adanya penyerapan atau peradaran warna (saturation).
6. HUE
(Realitas/Rona/Corak Warna)
Hue
adalah realitas, rona atau corak warna. Hue merupakan karakteristik, ciri khas,
atau identitas yang digunakan untuk membedakan sebuah warna dari warna lainnya.
7. Klasifikasi
dan Nama-nama Warna
Terdapat
5 klasifikasi warna, yaitu warna primer, sekunder, intermediate, tersier dan
kuarter.
a. Warna
Primer: Biru, Merah, Kuning.
b. Warna
Sekunder: Jingga/orange. Ungu /violet.
Hijau.
c. Warna
Intermediate: Kuning hijau, kuning jingga, merah jingga, merah ungu, biru
violet, biru hijau.
d. Warna
Tersier : Coklat kuning, coklat merah,
coklat biru.
e. Warna
Kuarter: Coklat jingga, coklat hijau, coklat ungu.
8. Tata
Rupa/Komposisi Warna
Tata
susunan warna bisa juga disebut komposisi warna, paduan warna atau tata rupa
warna. Warna merupakan salah satu unsur seni rupa, sehingga sesungguhnya tidak
bisa berdiri sendiri untuk mencapai keindahan, karena masih dipengaruhi unsur
lain. Warna dalam tata seni berfungsi membantu mewujudkan unsurkan bentuk.
Warna merupakan unsur seni/rupa, sehingga tata rupa warna tunduk pada
prinsip-prinsip dasar seni, yang antara lain menyangkut keselarasan/irama/ritme,
kesatuan/unity, dominasi, keseimbangan dan poporsi/keserasian.
9. Keselarasan
(Irama) Warna
Keselarasan
dapat diperoleh dengan memperhatikan irama. Irama adalah gerak/aliran/alunan
(Warna) dari satu warna ke warna yang lain. Untuk memperoleh keselarasan warna,
langkah yang paling mudah dilakukan adalah menggunakan “interval tangga warna”
yang tertera pada lingkaran warna. Di dalam lingkaran warna terdapat enam warna
standar dan enam warna intermediate. Interval tangga warna berupa warna-warna
pada setengah lingkaran warna, yang terdiri tujuh tingkatan warna yang sering
disebut juga gradasi warna.
10. Interval
Tangga Warna
Interval
tangga adalah lingkaran, atau gradasi warna yang merupakan jembatan penghubung
dua warna kontras. Interval tangga warna amat berguna sebagai alat menyusun
warna. Terdapat banyak warna kontras, yaitu dua warna yang saling berkomplemen,
diantaranya adalah kuning-ungu, merah-hijau, biru-jingga dan juga kontras dua
warna intermediate yang lain.
11. Macam-macam
Keselarasan Warna
Keselarasan
warna dapat dibagi 3 macam, yaitu laras warna tunggal/monoton, laras warna
harmonis dan laras warna kontras.
-
Laras warna
tunggal/Monoton/Monochromatik
Laras tunggal artinya
suatu pewarnaan karya seni dengan satu
warna. Hasilnya monoton, sederhana, tenang, sedikit menjemukan, tetapi bisa
tampak rapi, resmi.
-
Laras Warna Harmonis
Harmoni hue (warna)
adalah kombinasi warna-warna yang satu sama lain ada hubungan, sedangkan
kontras hue adalah kombinasi warna-warna yang satu sama lain saling tidak ada
hubungan.
-
Macam-macam Harmoni Hue
Warna-warna harmonis
adalah kombinasi warna-warna yang saling ada hubungan. Pada dasarnya semua
warna saling ada hubungan satu dengn yang lain adalah warna-warna harmonis.
12. Laras
Warna Kontras
-
Macam-macam Kontras Warna (Kontras Hue)
·
Kontras Komplementer (kontras dua warna)
Kuning-ungu, kuning jingga-biru ungu, kuning hijau-merah
ungu, jingga-biru, hijau-merah, merah jingga-biru hijau.
·
Kontras split komplemen (kontras dua
warna komplemen bias)
·
Kontras Triad Komplemen (kontras segi
tiga atau kontras tiga warna
·
Kontras Tetrad Komplemen (kontras dobel
komplemen atau kontras empat warna)
13. Menyelaraskan
Kontras
Warna-warna
kontras sesungguhnya kurang laras atau dapat dikatakan kurang harmonis. Agar
tampak harmonis terdapat 2 kemungkinan penyelarasan kontras, yaitu:
1. Memberi
jembatan yang menghubungkan 2 warna
kontras tersebut dengan gradasi hue. Misalny kontras warna kuning dengan
biru dapat diberi jembatan penghubung antara kuning dan biru dengan kuning
hijau, hijau, hijau biru.
2. Mengulang-ulang
warna kontras tersebut di pelbagai tempat. Hal ini akan melahirkan irama/ritma,
yang merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa.
14. Kesatuan
Warna
Suatu
susunan warna-warna harus “menyatu” (gumolong kempel). Agar tidak cerai berai,
kalang kabut, kocar kacir, sehingga enak dilihat. Kesatuan warna dapat dilihat
jika warna-warna yang digunakan saling ada hubungan. Kesamaan warna artinya
semua warna yang digunakan sama persis, sedangkan kemiripan warna artinya
warna-warna yang digunakan mempunyai unsur yang membuat mereka hampir sama.
Termasuk warna mirip misalnya warna-warna analogus.
Warna-warna
kontras merupakan warna-warna yang tidak memiliki kesamaan maupun kemiripin,
sehingga susunan warna-warna kontras terasa tidak menyatu. Oleh karna itu, agar
dapat menyatu, susunan warna-warna kontras perlu didamaikan. Pendamaian dapat
dilakukan dengan cara penguncian (keying).
Cara-cara
penguncian ini diantaranya:
1. Penetralan
(neutralizing), yaitu penguncian warna-warna yang menyatu dengan menggunakan
warna-warna netral hitam, abu-abu/putih.
2. Pencampuran/pembauran
(mixing), yaitu penguncian susunan warna-warna kontras dengan cara memberikan
warna-warna tetangga kepada masing-masing warna kontras yang digunakan.
3. Pengaburan/pengkacaan
(glassing), yaitu penguncian warna-warna kontras dengan cara mengglasirnya
dengan warna cair, mengaburkannya dengan
kaca buram/kalkir, memberikan cadar berupa kain kasa/strimin, atau
memercikinya/menyemprotnya dengan warna lain.
4. Pengasaran
(texturing), yaitu penguncian warna-warna kontras dengan membuat tekstur asar
dari permukaan media yang digunakan sehingga terjadi relief-relief atau
bukit-bukit yang dapat mengakibatkan adanya efek gelap terang (value) yang
dapat menetralkan warna diatasnya.
5. Pengabu-abuan
(greying), yaitu penguncian warna-warna kontras dengan cara mencampur semua
warna yang digunakan dengan abu-abu (putih+hitam).
15. Keserasian
(Proporsi) Warna
Proporsi
atau perbandingan adalah menyangkut ukuran. Untuk memperoleh komposisi yang
sebanding, dalam arti tidak ada yang menonjol, diperlukan perbandingan leluasan
warna yang digunakan.
16. Dominasi
Warna
Karya
seni tanpa dominasi akan terasa hambar,
tidak ada greget, tidak ada vitalitas, tidak ada pusat perhatian, sehingga
tidak menarik. Sesuatu dapat menarik atau menjadi dominansi asalkan ada
keistimewaan. Pada dasarnya sesuatu yang lain dari yang umum/kebanyakan dapat
menjadi dominansi. Warna dapat berfungsi sebagai dominansi manakala warna
tersebut lain dari yang umum/kebanyakan.
17. Keseimbangan
Warna
Suatu
komposisi atau karya seni harus memiliki keseimbangan dalam susunan
unsur-unsurnya, terutama ruang sebelah kiri dan kanan. Secara garis besar
terdapat dua macam keseimbangan, yaitu keseimbangan simetris (symmetrical
balance) dan asimetri (asymmetrical balance). Keseimbangan simetris artinya
keseimbangan kanan kiri sama, baik bentuk maupun warna yang digunakan.
Sedangkan keseimbangan asimetris adalah
keseimbangan kanan kiri tidak sama (bentuk maupun warna), tetapi dalam keadaan
seimbang (tidak berat sebelah).
Untuk
memperoleh keseimbangan warna secara simetris tidaklah sulit. Asalkan bagian
kanan dan kirinya sama, baik mengenai hue maupun keluasannya, maka tercapailah keseimbangannya.
Sedangkan
untuk memperoleh keseimbangan warna secara asimetris cukup sulit
memperhitungkannya, karena keseimbangan sesungguhnya menyangkut gaya berat yang
bersifat matematis, sedangkan warna sebagai unsur seni adalah menyangkut
rasa. Oleh karna itu, untuk mendapatkan keseimbangan asimetris ini hanya rasa
yang dapat berbicara.
Simbol-simbol
Warna Universal
1. Violet
lambang kemuliaan atau kebesaran (Violet for state)
2. Indigo
(nila) lambang ilmu pengetahuan (Indigo for science)
3. Biru
lambang kebenaran (Blue for truth)
4. Hijau
lambang penelitian (Green for research)
5. Kuning
lambang penciptaan (Yellow for creation)
6. Jingga
lambang kemajuan atau pertmbuhan (Orange for proggress)
7. Merah
lambang puisi (Red for poetry)
18. Kesimpulan
Tentang Hue
Hue
adalah realitas/rona/corak warna. Hue adalah suatu cara menggunakan dan cara
menyusun warna dengan memainkan warna-warna pelangi dan turunannya atau
campur-campurannya. Dalam hue tidak ada hitam dan putih karena keduanya
termasuk warna. Putih merupakan gabungan warna pelangi (spektrum) atau
merupakan sinar terang siang hari, sedangkan hitam adalah ketidakadaan spektrum
atau gelap malam.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar