Masih jam 6, hari ini disekolah
cuma ada persiapan perpisahan sekolah saja, aku izin untuk hari ini. ingin
dirumah sehari ini temenin ayah sama ibu. Ayah sakit, sudah 2 minggu dia tidak
bekerja. Semalem wajah ayah pucat dan kedinginan, mungkin karna pengaruh cuaca yg
begitu dingin, memang udah 2 hari ini hujan tidak berhenti. Awan seakan tidak puas dengan tangisannya, air terus menghujam tanah negri.
Waktu berjalan terasa begitu cepat, berdiam diri saja disini membuatnya jenuh. Hati mulai mengutuk dengan keadaan. Kontrak kerja ayah
belum selesai, seharusnya ayah dan pekerjanya musti menyelesaikan pekerjaan itu tepat
bulan maret besok, dengan kondisi seperti ini tentu saja ayah tidak kuat
melakukan apapun, wajahnya yang pucat, tenaganya yg mulai melemah. Usia ayah
memang tidak muda lagi, tidak terlalu kuat untuk orang seusianya. Tapi
semangatnya yang terlalu tinggi ini yang membuat orang orang tau ayah masih bisa
diandalkan
Kontrak
kerja yang masih separo jalan ini terpaksa terhenti melihat kondisi ayah yang tidak
sanggup bekerja, begitupun para pekerja ayah, tidak bisa bekerja tanpa dikomando. Tentu saja ini kerugian besar, harusnya pekerjaan itu selesai pada bulan
maret besok. Ayah musti mengganti rugi kelalaian kerjanya.
“uang dari mana untuk menggantinya? Tega sekali rekan kerjaku meminta ganti rugi seperti ini" suara ayah meninggi tapi ada nada kecewa
disetiap ucapannya.
“kita masih bisa pinjam uang koperasi yah “sahut ibu lirih.
Ayah hanya diam dan berjalan kekamar dengan menopangkan
diri ke tembok menahan tubuhnya yang lemah supaya tidak terjatuh. Mungkin ayah
tidak berani meminjam uang dikoperasi, "diganti pakai apa?" Aku tau tabungan ayah
sudah menipis karna berobat rutin di rumah sakit.
Ibu masih
duduk diruang tamu, nampaknya ibu menangis. Wajahnya yang lembut saat ini murung
dan tidak ada sedikitpun senyum dibibirnya, matanya yang bulat indah berkaca
kaca. Sepertinya ibu sedang memikirkan sesuatu, terlihat dari raut wajahnya yang
berkerut. Serentak ibu berdiri dan berlari keluar rumah, ibu tergesa gesa. Ibu
semakin terlihat jauh, hujanpun sudah membasahi baju ibu. Ibu kemana “pikirku".
Aku masih
berdiri dipintu kamar, terdiam dan sesekali menguap. Air mataku jatuh begitu
saja, percakapan ibu dan ayah tadi membuatku sedih. Apa yang bisa aku lakukan?
Apa yang bisa aku lakukan agar ayah dan ibu tidak seperti ini? Agar kita tidak
terlibat masalah ini! Agar ayah bisa sembuh. Apa? Aku kehabisan ide. Pikiranku
mulai aneh.
Tatapanku
tertuju pada meja diruang tamu, ruangan sederhana yang dihiasi beberapa foto foto
lama. Ada robekan amplop dan surat diatas meja. Penasaran, aku bergegas
keruang tamu. Duduk ditempat yang ayah duduki tadi, masih tersedia minuman
ginseng, gorengan, air putih dan obat ayah diatas meja.
“surat
apa ini “pikirku.
Tanpa berfikir panjang aku membaca surat itu, dari RUMAH SAKIT ******* aku
kaget, tanpa sengaja aku memecahkan gelas minuman ayah.
“kenapa nak? seperti ada yang jatuh, kamu mecahin apa?"suara ayah bertanya.
Nampaknya ayah bisa menebak akulah yang ada diruang tamu.
“iya yah, ma.. maaf yah, aku tidak segaja" dengan suara polos dan terbata-bata. Aku tidak mendengar
suara ayah lagi, syukurlah ayah tidak marah. Ayah memang tidak pemarah, dia sosok laki laki penyayang dan tidak pernah berbicara kasar sedikitpun kepada ibu, aku dan yang lainnya. Aku masih kaget dengan isi surat ini, apakah isi surat ini benar? "pikirku. aku menangis sejadi jadinya,
sedalam dalamnya. Kenapa separah ini ya Allah? Ujian apa yang kau berikan kepada
keluarga kami.
Aku tidak bisa berbuat banyak, aku pandangi pintu kamar
ayah, tatapanku nanar kearah tulisan dipintu kamar ayah, aku menghela nafas
panjang. Tertulis “Setiap saat dalam
hidupmu adalah ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak
akan pernah terlihat lagi. Jadi, nikmati hidupmu dan jadikan setiap momen
menjadi indah.” Bagaimana aku akan menikmati hidup jika keadaannya seperti
ini? Haruskah aku bersenang senang dan membiarkan ayah sakit sakitan disini?
Aku buka pintu kamar itu dan melihat ayah sedang terbaring,
wajahnya pucat, sepertinya ayah sedang memikirkan sesuatu, dapat dilihat dari
raut keningnya.
Aku pegang tangan ayah, tangannya dingin, seperti dinginnya
air yg mengalir disungai dekat pegunungan. Ayah menatapku dan memaksakan diri
menyapaku seolah olah dia baik baik saja.
“ayah mau bubur? Ucapku lirih”aku tau sebenarnya ayah hanya
diperbolehkan makan bubur.
Ayah membalasnya dengan senyum, itu tandanya ayah mengiyakan
tawaranku.
Di dapur aku mulai memasak bubur untuk ayah, bubur tanpa
telur, tanpa ayam, tanpa sayuran, persedian dapur memang sudah habis, ibu belum
sempat belanja karna sibuk bolak balik rumah sakit kemaren.
“ini buburnya yah” aku tersenyum.
“makasih nak “jawab ayah.
Sepertinya selera makan ayah berkurang atau mungkin buburnya
tidak enak. Bagaimana tidak? Bubur yg hanya dicampur garam sebagai perasa,
mataku berkaca kaca melihatnya, tidak kuat melihat ayah memakan bubur hambar itu, aku langsung keluar kamar tanpa
pamit sama ayah.
Aku menatap
jam, sudah jam 9. ibu kemana? Apa yg membuat ibu tergesa gesa keluar rumah
dengan cuaca buruk seperti ini “pikirku. Hampir setengah jam aku berdiri depan
rumah, aku mengalihkan pandanganku kesemua arah, hujanpun mulai reda, nampaknya
burung burung sudah mulai berkicau dan keluar dari sarangnya. Mereka kelihatan
bahagia, terbang tak tentu arah bersama sama. Dari jauh kulihat sosok wanita yg
berjalan ke arahku, bajunya keliatan basah. Wanita itu mendekat.
~ sambungan cerita dilaman selanjutnya, DALAM DEKAPAN POHON TUA II
yang namanya keinginan itu musti dicapai, toh yang ngejalanin juga kita! :D jadi gini ~ hal yang belom kita lakukan ketika kita masih mampu menitih suatu yang sulit kenapa musti diperlampat? hah hidup ini dijalani aja apa adanya guys eits tapi juga ada apanya, ngerti? gua jelasin "planning yang udah ada didepan mata kenapa musti didiemin? bodoh banget kan lo nyia-nyiain hal yang menguntungkan banget, gausah deh mikirin planning the other kalo lo masih punya planning first! ini yang gua maksud apa adanya ;) simple kan! ada apanya? "ONE STEP CLOSER" langsung to the poin aja, gausah takut gausah ragu ragu. hidup itu bersaing guys! gausah dengerin orang lain cukup elo sendiri dan ikuti kata hati lo :* jika mereka nanya kapan elo bakal sukses kalo lo masih megang prinsip? anggap aja pertanyaan bodoh yg menguji adrenalin lo, dgn tegas lo jawab aja "jangan tanyakan kapan saya sukses! tanyalah pada diri anda. apa yang anda lakukan untuk mencapai kesuksesan" lo cuma butuh kemauan, iyaaa kemauan! kemauan buat berubah kemauan untuk sukses. yeah you can.. YOU CAN ! ~ yulia