Selasa, 13 Oktober 2015










Sebuah iven yang diadakan Perguruan Tinggi Institut Seni Indonesia Padangpanjang yang diadakan oleh Prodi Teater pada akhir tahun ini yaitu PAT, PAT ini sudah ke-6 kalinya diselenggarakan oleh Prodi Teater. Pada kali ini PAT ber-temakan “Aktualisasi Idiom dan Isu kerakyatan dalam Teater kekinian di Indonesia, menginformasikan suatu realitas bahwa teater tidak bisa dijauhkan dari budaya target maupun budaya sumbernya, yakni rakyat. Untuk itu teater harus senantiasa dekat dengan rakyat.

Pembukaan PAT dimulai pukul 10.00 WIB dan disambut dengan tari pasambahan dan tari piring yang kemudian disambut oleh rektor Institut Seni Indonesia Padangpanjang Prof Noversal Jamarun M.s. Usai penyambutan oleh rektor, acara dilanjutkan dengan pertunjukan pantomime didepan halaman gedung teater.

Semua peserta PAT 6 dipersilahkan masuk ke Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam guna untuk melanjutkan kegiatan pembukaan PAT. Diawali dari pertunjukan puisi orkestra dari Kurniasih Zaitun S.Sn.,M.Sn (dosen teater ISI Padangpanjang), kemudian Orkestra musik dengan memadukan antara seni modern dengan seni tradisional, yang membawakan orkestra lagu simarantang dan dilanjutkan puisi mengenai sejarah terbentuknya teater di Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

Selesai pertunjukan hiburan yang dibawakan oleh tuan rumah Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Bapak Enrico Alamo selaku ketuapelaksana PAT ke-6 menjelaskan mengenai rundown acara PAT ke-6. Kata sambutan berikutnya oleh ketua jurusan Prodi teater ISI Padangpanjang Maria Eliza S.Sn M.Sn, beliau berharap semoga acara PAT ke-6 ini berjalanlancar hingga usai kegiatan nantinya, dan semoga bencana asap di Sumatera ini tidak menganggu kegiatan kita yang berjalan dalam seminggu ini. Terakhir kata sambutan dan juga pembukaan PAT secara resmi oleh rektor ISI Padangpanjang, pembukaan PAT secara resmi dibuka oleh rektor ISI Padangpanjang dengan memukul drum (pengganti gong).

PAT ke-6 juga memberikan kesempatan kepada Darmasiswa (mahasiswa asing yang kuliah di ISI Padangpanjang) untuk mempertunjukan sebuah kesenian minang yang baru mereka pelajari selama 2 bulan, yaitu gelombang randai. Peserta PAT ke-6 mengaku bahwa pertunjukan yang disuguhkan oleh tuan rumah membuat mereka sangat terkesima, mengingat letak daerah Padangpanjang yang berada ditengah hutan, ternyata memiliki pemuda-pemuda daerah yang berpikir lebih maju dengan contoh pertunjukan yang disuguhkan sangatlah bagus, ternyata ISI Padangpanjang ini tidak melulu mempertunjukan kesenian tradisional, nyatanya kampus ini telah berhasil mengkabolarasi pertunjukan seni tradisional dengan modern, pertunjukan kesenian yang benar-benar kekinian, sangatsesuaidengantema PAT 6 kali ini, ujar mereka. Setelah beberapa kejutan yang telah berhasil disuguhkan, kemudian peserta PAT ke-6 dikejutkan lagi dengan suguhan pertunjukan dari jurusan seni karawitan yang tak kalah hebohnya.

Usai pembukaan PAT ke-6 di gedung pertunjukan Hoeridjah Adam ISI Padangpanjang, pada malam harinya dilanjutkan lagi dengan pertunjukan dari Teater Nan Tumpah Padang, mereka membawakan sebuah lakon berjudul “GODOK”. Judul lakon ini berhasil membuat penonton penasaran, sehingga gedung pertunjukan ramai dikunjungi penonton. Selesai pertunjukan dari Teater Nan Tumpah, dilanjutkan lagi dengan pertunjukan teater di gedung teater arena Mursal Esten ISI Padangpanjang yang disuguhkan oleh Perguruan Tinggi AKMR dengan lakon “ONE LOVE” karya Hasan Husein.

PAT ke-6 yang berjalan selama 5 hari ini, akan menyuguhkan berbagai kegiatan meliputi: pertunjukan teater, seminar, workshop dan pameran. Peserta yang diundang sebanyak 7 perguruan  tinggi seni, diantaranya: Institut Kesenian Jakarta, Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, Institut Seni Indonesia Yogyakarta,  Indonesia Surakarta, Akademi Kesenian Melayu Riau, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh, STKW Surabaya danInstitutSeni Indonesia Padangpanjangsebagaituanrumah,  dan ditambah dengan 3 kelompok  teater independen, yaitu: Teater Tanah Air Jakarta, Teater Satu Lampung, dan Komunitas Seni Nan Tumpah Padang. Mereka juga akan menampilkan karya-karya teater pada PAT ke-6 kali ini.

Kamis, 11 Juni 2015




Yeyen Urmila, mahasiswa Prodi Teater Institut Seni Indonesia Padangpanjang dengan minat pemeranan melaksanakan Ujian Tugas Akhir 4/6 2015 lalu, ia mementaskan lakon Nyonya dan Nyonya karya Motinggo Busye. Lakon Nyonya dan Nyonya merupakan lakon drama komedi tahun 90-an. Oleh Yeyen Urmila, naskah ini diketik ulang menjadi lebih modern. Ia memakai konsep orang kaya baru sebagai ide pertunjukannya.

Lakon Nyonya dan Nyonya merupakan lakon aliran realisme yang berceritakan tentang permasalahan rumah tangga dan perselingkuhan. Nyonya dan Nyonya karya Motinggo Busye terdiri dari dua babak. Keduanya berlatar belakang tempat di rumah Tuan Tabrin bersama istri pertamanya. Latar belakang suasananya getir tapi lucu.

Konflik utama dalam Nyonya dan Nyonya adalah pergolakan batin Tuan Tabrin sebagai seorang koruptor. Tuan Tabrin selalu merasa tidak tenang, sampai-sampai mengalami gangguan jiwa, karena dihantui oleh dosa-dosanya sebagai koruptor. Kedua istri yang diharapkannya dapat menentramkan jiwanya malah menyuruhnya mengaku kepada polisi. Pada akhir cerita, Tuan Tabrin memutuskan untuk menyerahkan diri kepada polisi.
           
          Sebagai mahasiswa Prodi Teater ISI Padangpanjang dengan minat pemeranan, Yeyen Urmila memilih peran utama untuk dimainkannya, dengan aktor yang membantu Iwan Kuncup sebagai Tuan Tabrin, Yuliana Fitri sebagai Samirah si istri kedua, Rere sebagai pencuri yang mengaku istri Tuan Tabrin, Puja sebagai pembantu rumah tangga, Alba sebagai polisi, Bayu dan Deni sebagai sopir.

Pertunjukan ini berhasil dipentaskan, penonton menikmati pertunjukan ini, walaupun beberapa kesalahan teknis dari aktor sedikit menonjol, namun karena naskah ini genre drama komedi, kesalahan aktorpun dapat di improvisasi dengan kelucuan, sehingga pertunjukan ini terlihat menarik.

Rabu, 10 Juni 2015

HAMLET MESIN BIUS PENONTON



Sinopsis singkat yang dipublikasikan untuk pertunjukan Ujian Tugas Akhir Mahasiswa teruji Teguh Abdillah ini memikat daya tarik pembaca pesan ini untuk menghadiri pertunjukan yang diselenggarakan pada 9/7 2015 kemarin pada pukul 20.00 wib. Penonton cukup antusias memenuhi teater arena ISI Padangpanjang hanya untuk menyaksikan pertunjukan Hamlet Mesin.

Hamlet Mesin, bagaimana dunia dibentuk dengan seorang wanita, budaya yang konservatif, bukan melainkan hanya karena sistem yang dibangun oleh manusia itu sendiri, maka jika terjadi pembantaian terhadap wanita, itu akan membuat dunia menjadi tentram dan dunia yang fana ini tidak akan lama lagi berlangsung hingga tidak akan terlahir generasi yang sakit dan tidak ada lagi yang berperang, salah satu bagian dari sinopsis yang dibacakan sebelum pertunjukan dimulai.

Hamlet Mesin karya Heiner Muler ini merupakan salah satu drama paling tersohor dalam sejarah pemanggungan naskah. Naskah yang diciptakan dengan koloni gagasan dan membawa tujuan Heinard Muller, seorang subversif asal Jerman Timur. Ditulis tahun 1977, dibawah pengaruh kuat Marxisme dan segala macam kondisi post modern.

Pertunjukan Hamlet Mesin yang diperankan oleh Teguh Abdillah, Fitriatul Aini, Rizal dan ditambah pula dengan beberapa penari yaitu Botem, Munir dan Dewi ini membius penonton dengan dramatika pertunjukan yang menarik dan beda dari pertunjukan pada umumnya. Artistik yang dihadirkan sangat mendukung suasana pertunjukan, menggambarkan dengan jelas situasi para tokoh dalam perannya.

Aku ingin menjadi mesin, tangan untuk meraih, kaki untuk berjalan, tanpa nyeri, tanpa pikiran” Itulah dialog yang diucapkan Hamlet, kemudian para penari juga berteriak hidup kapitalisme, hidup kapitalisme! Mereka menjelaskan sebuah batasan antara provokasi dan tindakan. Keunikan naskah ini, selain termasuk yang sangat pendek, adalah motivasi Muller untuk memberi ruang yang amat luas bagi sutradara. Motivasi ini didorong oleh kebosanannya melihat konstelasi teater waktu itu.

Rabu, 20 Mei 2015



 Malin, panggilan yang kerap di sapa masyarakat. Lahir pada 17 maret 1955 di Danguang-danguang. Seorang penjual sate yang namanya sudah terkenal.  Dari sinilah sate danguang-danguang berasal. Bernama sate danguang-danguang karena identik dengan daerah. Danguang-danguang adalah nama salah satu daerah yang berada di Kabupaten 50 kota, Payakumbuh.

Selain sate Padang dan sate Mak Syukur, sate Malin Danguang-danguang ini mempunyai rasa khas yang berbeda. Sate padang dan Sate Danguang-danguang Payakumbuh sama-sama terbuat dari daging serta jeroan sapi, dan sama-sama dipanggang di atas bara dari tempurung kelapa serta dipanggang sambil diolesi minyak dari bawang goreng plus lemak cair sehingga rasanya gurih serta punya wangi khas. Akan tetapi, bumbu yang digunakan untuk menyiram sate yang berbeda.

Jika sate Padang biasa bumbu siramnya berwarna merah serta kental dan rasanya cukup tajam, Sate Danguang-danguang Payakumbuh bumbunya lebih ke kuning dengan komposisi bumbu yang sedikit berbeda. Sate Padang menggunakan banyak rempah tajam seperti cabai, daun jeruk purut dan bawang merah, namun sate Danguang Danguang lebih banyak menggunakan rempah berasa segar seperti ketumbar, lengkuas dan jahe. Oleh Bapak Malin si penjual sate, sate ini diklaim lebih lembut dari Sate Padang yang biasa di makan.

Bapak Malin mengatakan bahwa, “Banyak para wisatawan datang kesini untuk sekedar menikmati rasa khas sate Danguang-danguang ini, para wisatawan biasanya datang beramai-ramai dan sering menilai bahwa bumbu sate sangat enak dan dagingnya juga lembut dibanding sate Padang lainnya.

Selasa, 19 Mei 2015



Sulaiman Juned pemuda asal Aceh lahir di desa kecil Usi Dayah, kecamatan Mutiara, kabupaten Pidie-Aceh, pada 12 mei 1965. Sulaiman Juned merupakan seorang yang bergelut di dunia sastra, ia menulis banyak puisi, puisinya seringkali di terbitkan di koran. Tidak itu saja, pria asal Aceh ini adalah teaterawan yang sudah menghasilkan banyak pertunjukan teater.
Sulaiman Juned melanjutkan pendidikan di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, selesai menyelesaikan sarjana di Unsyiah, Sulaiman Juned kembali aktif di dunia teater. Di Aceh, ia bertemu dengan Prof. Dr. Mursal Esten merupakan Direktur ASKI Padangpanjang, Prof. Dr. Mursal Esten mengajak Sulaiman Juned ke Padangpanjang, di Padangpanjang Sulaiman Juned menimba ilmu kembali sebagai angkatan pertama di tahun 1997 mengambil program studi Seni Teater.
Aktif sebagai mahasiswa program studi Seni Teater, Sulaiman Juned dan kawan-kawan mendirikan Komunitas Seni Kuflet, di komunitas tersebut, ia selalu mengangkat tema yang berhubungan dengan Aceh untuk karyanya. Salah satu karya teater yang pernah di garapnya adalah pertunjukan drama hikayat Cantoi. Terinspirasi dari peristiwa konflik yang terjadi di Aceh, kemudian di angkat menjadi kesenian teater tutur Aceh peugah haba yang berarti berbicara dengan bercerita yang dimainkan oleh Teuku H. Adnan PM TOH dengan memakai konsep teater modern yaitu teori Brecht.
Dari Aceh hingga menetap di Padangpanjang, Sulaiman Juned selalu setia membuat karya yang berhubungan dengan Aceh, bukti bahwa ia mencintai kampung halamannya. Dengan kesenian-kesenian tradisional yang dihias menjadi kesenian modern sehingga penonton-penonton yang berada di Padangpanjang ataupun luar daerah mengerti dan menikmati pertunjukan selayaknya. Pertunjukan Cantoi merupakan pertunjukan komedi Satir yang dimainkan dengan logat Aceh, merupakan karakter Cantoi yang didalamnya ada nilai-nilai kebudayaan yang dapat dinikmati penonton.
Pertunjukan Hikayat Cantoi karya Sulaiman Juned sudah pernah dipentaskan tahun 2007 untuk ujian akhir S2 Sulaiman Juned di gedung teater Mursal Esten ISI Padangpanjang yaitu teater Tutur yang dikombinasikan dengan Hikayat Cantoi ini dirubah menjadi pertunjukan modern namun tidak meninggalkan tradisinya.
Bersama Komunitas Seni Kuflet, Sulaiman Juned menerima siapa saja yang ingin bergabung dan belajar, diantaranya mahasiswa-mahasiswa asal Aceh yang kuliah di ISI Padangpanjang. Selama berdirinya komunitas ini, kegiatan-kegiatan seni yang berhubungan dengan seni yang berasal dari Aceh selalu di pertunjukkan di kampus ISI Padangpanjang, dan juga di pertunjukkan di gedung M. Syafei Kota Padangpanjang dalam rangka peringatan 8 tahun tsunami Aceh. Melalui pertunjukan yang disajikan Komunitas Seni Kuflet, masyarakat yang hadir dapat merasakan kesedihan dan kesakitan yang di alami warga Aceh yang disebabkan oleh tsunami. Pertunjukan-pertunjukan ini memperkenalkan Komunitas Seni Kuflet kepada masyarakat-masyarakat Padangpanjang.

;;

By :
Free Blog Templates