Minggu, 04 November 2012
Aku hanya selembar
kertas yang tak kau tuliskan walaupun hanya untuk sekedar dicoret
Untuk kamu yang menganggapku seperti lilin
tanpa cahaya yang menerangi.
Ini curhatku yang terakhir di timeline sebelum
kau menilaiku terlalu dalam. Apa dengan langsung melempar batu tanpa sasaran
kau akan melukainya? Bisa jadi batu itu melukai sasaran yang salah. Begitupun
juga dengan aku, dengan kita. Ya kita, aku dan kamu. Kita sudah terlalu dekat
cukup lama, cukup lama untuk pendekatan. kita hanya belum bisa saja untuk
melangkah terlalu jauh.
Aku terjatuh, terpuruk dalam cintamu yang
salah kudalami, terabaikan oleh waktu. Terlalu jauh ku membawamu terbang,
sangat jauh, melewati awan putih yang indah dan terus terbang tinggi menuju
satu tempat, satu tujuan. Terlau tinggi, terlalu jauh. Hingga diketinggian yang
tak bisa kuhitung dengan jangkauan adrenalinku, aku tak sanggup menahan
tanganmu, tak ingin kulepas, kutahan, tapi kenapa kau lepaskan begitu saja? Kau
biarkan dirimu jatuh setelah kita berada di tempat yang begitu tinggi, kau
hempaskan tubuhmu! Aku tau betapa sakitnya, aku merasakan kesakitan saat kita
berada ditempat yang tinggi dan seketika jatuh terhempas, sangat sakit.
Kamu yang menilaiku dengan sebelah mata.
Memang, aku tidak begitu baik untuk dicintai,
aku tidak pantas untuk kau miliki. Aku yang selalu salah dimatamu, yang selalu
buruk dalam penilaianmu. Apa kau sadar? Ketika aku diam, bisu, saat itulah aku
menikmati keterpurukan yang mendalam, terlalu dalam, sakit. Mungkin, aku hanya
satu kata dari ribuan bait yang ada dalam ceritamu. Dan mungkin satu kata itu
yang tidak kau sukai tapi kenapa kau masukkan dalam cerita!
Terlalu dalam aku merangkainya, aku sakit, aku
terpuruk saat menceritakan ini. Tak sanggup, letih. Apalagi yang ingin kau
salahkan dariku? Cukup sayang, aku hanya wanita yang tak bisa berbuat apa-apa
disaat semua mata memandangku. Aku hanya satu kata yang merusak ceritamu.
Pergilah, cari bahagiamu, cari bunga-bunga
yang indah dan jangan jadikan bunga itu hanya satu kata yang tak bermakna,
indah tapi tidak melukai.
Kuharap, ini kata-kata terakhirmu yang melukai
hatiku, yang membawaku tenggelam dalam kesedihan yang begitu dalam tanpa arah dan tujuan. Sungguh ku tak
sanggup membaca bait demi bait cerita ini, ku tulis dan takkan kuhapus! Ku baca
dan takkan ku ingat. Kusimpan dan takkan kubuka.
Suatu saat kau akan mengerti, apa yang ku lakukan saat
ini , cukup kutulis dan takkan
kujelaskan lagi.
Forgive me
Padang
Panjang, 3 november 2012
Untuk
kamu yang selalu menutup mataku dengan rasa bersalah.
Aku tak pernah memalingkan muka saat melihat
sosokmu, diam-diam kucari sosok dirimu dalam setiap langkah kaki mungilmu. Aku
selalu mencuri pandangan saat berselisih jalan denganmu, tersenyum diam-diam
menatap wajahmu yang tampaknya menyembunyikan sesuatu. Sadarkah kau? Tiap kali
tatapanku terpaku dengan matamu? Aku seringkali menduga-duga kau juga sedang
memperhatikanku dari jauh, tapi nyatanya
kau tak pernah menatapku meskipun aku sering menatapmu.
Apakah kau tau? Ketika aku duduk manis disudut ruangan kemarin? Aku sedang menceritakan kepada dunia tentangmu, sepertinya aku sangat ingin mengenal sosok dirimu. Sosok kamu yang tak pernah menganggap aku ada disaat kita saling berselisih jalan, sosok kamu yang tidak memperdulikan aku ketika mataku menatapmu, sosok kamu yang sering diam membisu disaat aku memberanikan diri untuk menyapamu. Genggaman dan lamunan itu beranjak begitu saja, kita berjalan sendiri-sendiri dengan langkah yang berbeda.
Kamu,
sosok yang ku cari-cari.
Mungkin, aku hanya bisa diam disaat kau lewat
didepanku, aku kaku, bungkam, takut hanya sekedar untuk menyapa dan memberi
senyumku. Aku seperti patung saat berada didekatmu, begitu bedanya sosokku saat
berhadapan denganmu.
Hey!
Kamu sosok yang belum bisa aku terjemahkan dengan perasaanku.
Aku tidak berharap matamu terpaku saat membaca
tulisanku ini, aku tak ingin hatimu tersentuh memahami setiap kata-kata absurd
ini. Atau mungkin kau merasa aneh dengan tulisan ini? Mungkin kau menilai ku
terlalu bodoh dalam memainkan kata-kata agar menjadi sebuah kalimat yang
menyentuh hatimu? Dan mungkin kau menganggapku seorang yang pengecut dalam
menafsirkan perasaanku? Bisa saja kau tak menyangka aku menulis ini untuk
menceritakan kepadamu apa yang kurasa? Apa kau akan mengingat kembali hari
sebelumnya saat mengingatku dan membandingkannya dengan tulisan ini? Apa kau
akan mengatakan aku gadis yang bodoh? Ya, aku memang bodoh, katakan saja aku
memang TOLOL.
Aku bungkam!
Aku benci dengan sosokku yang tidak bisa menyapamu saat sosokmu berjalan
didepanku. Mungkin, kau benci ketika aku tidak pernah menyapamu lebih dulu.
Memang, ini salahku. Terlalu bungkam untuk mempersepsikan diri, sangat dingin
ketika bayanganmu menutup sosokku. Memang ini salahku, terlalu kaku berhadapan
denganmu. Maafkan aku.
Dari seseorang yang mungkin kau benci. Seseorang yang
ingin terus berjalan ke arah bayangmu, Selalu.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)