Senin, 07 April 2014
NASKAH REALIS “MALAM JAHANAM”
KARYA MOTINGGO BUSYE
1. Wujud Pertunjukan Secara Keseluruhan
Di sebuah perkampungan nelayan, tinggallah Mat Kontan beserta istri
(Paijah) dan anaknya (Mat Kontan Kecil). Soleman, teman dekat Mat Kontan,
tinggal di seberang rumah mereka. Suatu malam, Paijah menunggu suaminya yang
belum juga pulang. Ia mengkhawatirkan anaknya yang sedang sakit. Akhirnya, Mat
Kontan pulang membawa seekor burung. Saat mengobrol dengan Soleman di teras
rumahnya, dia menyombongkan burung perkututnya yang baru, juga istri dan
anaknya. Soleman yang tidak tahan mendengarnya mengungkit-ungkit ketakutan Mat
Kontan ketika nyawanya hampir melayang karena terperosok ke dalam pasir. Mat
Kontan yang ketakutan rahasianya dibongkar langsung berbaik-baik pada Soleman.
Tak lama kemudian, Mat Kontan mulai menyombongkan diri lagi. Dia juga
menuduh Soleman iri karena dia mempunyai istri yang cantik dan seorang anak.
Soleman bahkan dianggap takut menyentuh perempuan karena sampai sekarang belum
juga beristri.
Mat Kontan masuk untuk melihat burung beo kesayangannya tapi tidak
menemukannya. Utai, seorang warga kampung itu yang setengah pandir, mengaku
pernah melihat bangkai burung tersebut di dekat sumur dengan leher tergorok.
Mat Kontan yang jadi marah besar mengajak Utai menemaninya ke tukang nujum
untuk mengetahui siapa pembunuhnya.
Paijah yang ketakutan bertanya pada Soleman apa yang sebaiknya ia katakan
bila ditanya oleh Mat Kontan nanti. Ternyata, Solemanlah yang membunuh burung
beo kesayangan Mat Kontan agar perselingkuhannya dengan Paijah tidak ketahuan.
Soleman berjanji akan melindungi Paijah.
Mat Kontan segera pulang karena tukang nujum yang hendak ditemuinya sudah
meninggal. Dia pun marah-marah pada Paijah, bertanya siapa yang membunuh burung
beonya. Paijah balas mengungkapkan kekesalannya pada Mat Kontan yang tidak
pernah memikirkan dan menyayangi dirinya dan anaknya tapi selalu
membangga-banggakan mereka pada semua orang.
Awalnya, Soleman membela Paijah dari amarah Mat Kontan. Lama-lama Soleman
diam saja. Paijah kecewa pada Soleman dan mengaku sebagai pembunuh burung beo
Mat Kontan. Soleman pun mengaku bahwa dialah pembunuh burung beo Mat Kontan dan
bahwa dialah ayah dari anak Paijah, anak yang selama ini Mat Kontan
bangga-banggakan sebagai anaknya.
Mat Kontan marah dan mengangkat goloknya. Soleman membuat Mat Kontan takut
lagi dengan mengingatkannya tentang saat dia terperosok ke dalam pasir. Mat
Kontan pergi dan menyerahkan Paijah serta anaknya pada Soleman.
Soleman menyusul Mat Kontan yang dikiranya hendak bunuh diri. Ternyata, Mat
Kontan dan Utai sudah menunggu untuk membunuhnya. Soleman berhasil meloloskan
diri dan pergi ke stasiun kereta api. Utai mati karena ditendang oleh Soleman.
Mat Kontan kembali ke rumahnya dan masih mau hidup dengan Paijah serta anak
Soleman. Dia bahkan mulai memerhatikan anak itu dan pergi memanggil dukun untuk
mengobati penyakitnya. Sayangnya, malam itu juga si bayi meninggal dunia.
2. Naskah “Malam Jahanam” Sebagai Golongan Gaya Realis.
Aliran realisme menampilkan sisi lain kehidupan
yang biasanya jarang diketahui masyarakat umum. Ataupun permasalahan hidup yang terjadi pada individu namun tidak
diketahui masyarakat. Seperti contoh naskah Malam Jahanam, Pengkhianatan yang juga ditutupi Paidjah dengan Soleman yang tidak diketahui oleh masyarakat umum kecuali Utai yang tahu keadaan yang sebenarnya tentang mereka. Realisme menyajikan gambaran
nyata dari kehidupan seperti naskah “Malam
Jahanam” menjadi sebuah teater.
Malam Jahanam sebagai drama realis. Drama ini memenuhi karakteristik-karakteristik drama
realis, mengharuskan tokoh-tokohnya bertahan di tengah lingkungan tanpa
melarikan diri dari masalah, dan menggunakan bentuk well made play.
Malam Jahanam tidak memperindah maupun memperburuk sesuatu dari keadaan sebenarnya.
Naskah Malam Jahannam ini menceritakan perselingkuhan. Malam Jahanam
juga menyampaikan perselingkuhan ini ke permukaan tanpa menutupi kebenaran yang
terjadi di sekitarnya. Penulis naskah dengan jujur mengemukakan bagaimana
tanggapan masyarakat saat itu dan reaksi orang-orang yang berhubungan dengan
perselingkuhan ini.
Naskah teater realis Malam Jahanam ini merupakan penggambaran keadaan nyata
yang dapat dijadikan contoh oleh masyarakat. Penyebab dan dampak dari
perselingkuhan Paijah dengan Soleman, kematian Mat Kontan Kecil yang tragis,
dan keegoisan Mat Kontan dapat dipelajari oleh masyarakat dan dipetik hikmah
serta amanatnya. Dengan demikian, Malam Jahanam dapat digunakan untuk
kepentingan masyarakat.
Karakteristik naskah teater realis yang tidak kalah penting adalah manusia
diharuskan mampu mempertahankan dirinya di tengah lingkungan tanpa harus
melarikan diri dari kenyataan. Tokoh-tokohnya dihadapkan pada cobaan-cobaan
yang memojokkan mereka. Baik Soleman, Paijah, maupun Mat Kontan, ketiganya
mempunyai masalah yang membuat mereka tertekan. Akan tetapi, mereka tidak
sanggup menghadapinya secara langsung dan memilih untuk melarikan diri di balik
rahasia dan keyakinan palsu yang dibuat-buat.
Minggu, 06 April 2014
METODA AKTING DALAM SENI PERAN TEATER
Yuliana Fitri
Yuliana Fitri
Nim: 05112012
Abstrak: Akting dalam pertunjukan teater sangat erat
kaitannya dengan dunia sehari-hari. Bagaimana proses seorang pemeran menemukan
karakter tokoh dalam naskah yang dimainkannya. Sehingga aktor mampu memainkan
perannya diatas panggung dengan memukau penonton. Hal terpenting yang harus dipahami aktor adalah masuk ke
dalam karakter tokoh. Sehingga dapat membawa penonton masuk ke dalam kehidupan
tokoh. Tanpa pemeran teater tidak akan bisa untuk dipentaskan, karna pemeran
merupakan salah satu unsur terpenting dalam pertunjukan seni teater. Sutradara
juga perperan sebagai penunjuk bagi
aktor dalam memainkan karakternya. Pentingnya pemeran dalam teater merupakan
alasan pertama penulis untuk mendalami teori akting.
Kata kunci: Akting,
Seni Peran, Teater
Pendahuluan
Teater
adalah sebuah cerita tentang konflik kehidupan yang diceritakan diatas
panggung. Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia
yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk
menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
seni pertunjukan yang ditunjang dengan unsur
gerak, suara, bunyi dan rupa yang
dijalin dalam cerita pergulatan tentang konflik kehidupan manusia.
Unsur-unsur didalam teater, diantaranya tubuh
manusia sebagai unsur utama termasuk pemeran, gerak tubuh, gerak suara, gerak
bunyi dan gerak rupa. Cahaya, dan setting panggung sebagai unsur penunjang.
Teater sebagai hasil karya seni merupakan satu kesatuan yang utuh antara
manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur-unsur penunjang dan penjalinnya
sehingga dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam
pernyataan seni.
Berbicara teater tidak hanya berbicara naskah atau sutradara
yang merajut proses,
aktorlah peran utama didalam teater, tanpa peranan aktor
didalamnya, teater tidak akan dapat dipertunjukkan.
Berbicara teater adalah berbicara tentang semua hal yang ada di dalamnya. Hal
itu akan menyangkut soal cerita, konsep, ketersampaian cerita, bahkan penonton yang hadir
di dalamnya. Kualitas ketersampaian pesan yang diramu oleh para pekerja teater pengarang,
sutradara, aktor, penata artistik akan diketahui langsung oleh para penonton
dalam sebuah pertunjukan.
Oleh karena itulah, mempelajari teater tidak hanya
mempelajari satu bidang dan mengabaikan bidang lain. Memang perlu belajar satu
bidang secara khusus tetapi pemahaman atas bidang lain tidak bisa diabaikan.
Seorang aktor yang baik harus mengerti fungsi tata panggung karena ia akan
bermain di antara objek yang ditata di atas pentas. Ia akan bermain dalam area
yang diciptakan oleh penata panggung. Demikian pula penata panggung harus mau
memahami pola laku dan gerak para aktor di atas pentas sehingga ruang yang
diciptakan tidak mengganggu bagi pergerakan aktor ketika bemain. Semua elemen
harus memahami hal ini, semua saling belajar, semua saling membantu, semua
saling mendukung.
Dengan semangat dan ketekunan berlatih, cerita yang
sudah berhasil dicipta dapat diwujudkan ke dalam sebuah pementasan. Kerjasama
sebagai semangat seni teater dapat dijadikan acuan proses penciptaan.
Pengetahuan tentang dasar-dasar penyutradaraan, pemeranan, dan tata artistik
dapat diaplikasikan untuk mendukung karya yang akan ditampilkan. Tidak perlu
seorang diri mengerjakan semuanya. Teater adalah kolektif, teater adalah
kerjasama. Masing-masing bidang dalam teater dapat dikerjakan oleh orang-orang
tertentu yang tertarik di bidang-bidang tersebut. Jika semuanya berbuat dalam
semangat kerjasama maka pergelaran karya teater menjadi karya bersama yang
memiliki satu makna.
Akting
Sebagai Peranan Penting Dalam Teater
Dalam sebuah pertunjukan teater, hal yang terpenting
adalah akting seorang aktor. Akting merupakan suatu seni peran dimana kita
dituntut masuk ke dalam karakter tokoh.
Seorang aktor tidak dapat memainkan sebuah peran dengan menjadi karakter
yang mengada-ada karena dia tidak seutuhnya masuk ke dalam peran tersebut. Seorang
aktor bisa dikatakan berhasil ketika dia menjadi dan masuk ke dalam tokoh
tersebut dan menguasai tokoh yang dimainkannya, mereka harus mampu menjadi
karakter tersebut dalam sekejap. Aktor harus bisa menempatkan dirinya dimana
saja dengan memperlihatkan motivasinya untuk berakting.
Pada pementasan Teater, seringkali seseorang memerankan
aktingnya tidak sesuai dengan tuntutan naskah yang dimainkannya. Oleh karena
itu seorang aktor harus mengetahui dan mempelajari tentang apa itu seni peran.
Sedikit saja kesalahan sang aktor diatas panggung akan berakibat fatal, karena
itu aktor dituntut untuk berkonsentrasi. “Konsentrasi dan kesadaran pemeran
adalah kemampuan seseorang untuk memusatkan kesadaran atau pikirannya pada
suatu obyek, bisa obyek yang nyata maupun imajiner, tanpa menyamakan kehadiran
obyek yang lain yang ada di sekitar dirinya, secara kontinyu selama obyek itu
dibutuhkan”[1]
Hal yang terpenting adalah menghafal naskah dan
menjadikannya bagian dari dirinya, lalu menyampaikannya kepada penonton secara
baik dan meyakinkan karena daya ingat menjadi lebih tajam karena konsentrasi. Kalau tidak menjadi bagian dari dirinya, aktor akan terlihat kaku dan terkesan menghafal saat
tampil dipanggung. Terkesan menghafal adalah yang paling tidak boleh dilakukan
oleh seorang aktor dipanggung.
Selain itu, seorang aktor harus
berkonsentrasi menghafal dan menjadikan hafalan bagian dari dirinya untuk
menghindari kesan kaku dan mengingat-ingat dialog saat tampil dipanggung. Dan
jika konsentrasi aktor kurang baik maka akan menganggu jalannya pertunjukan dan
berakibat fatal untuk akting dan juga untuk lawan mainnya. Aktor harus
berkonsentrasi pada hafalan dialog naskah, pada penonton dan aktor harus ingat
kapan ia bergerak, bergerak kemana dan berbuat apa ditempat itu.
Untuk membentuk sebuah pertunjukan teater yang baik tentu
dibutuhkan peran sutradara didalamnya. Sebagaimana tugas sutradara adalah
memutuskan tiap penafsiran atas lakon, memilih pemain, melakukan proses
reading, bekerjasama dengan baik dalam merancang produksi dengan para kru nya,
melatih pemain dan mengkoordinasi semua elemen kedalam persipan pertunjukan
teater. Dalam hal ini sutradara harus berupaya semaksimal mungkin untuk akrab
dengan lakonnya jika ia ingin memilih dan melatih para aktor secara cerdas dan
tidak diktator.
Meski sudah diarahkan oleh sutradara, seorang pemeran
atau aktor harus membangun kebutuhan akting sesuai dengan tuntutan peran. Dalam
pementasan teater seorang aktor harus mengobservasi karakter tersebut.
Latihan
Dasar Aktor
Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuh, suara dan
jiwanya sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan
penonton. Karena itu, seorang aktor yang baik adalah seorang seniman yang mampu
memanfaatkan potensi tubuh, potensi akal potensi imajinasi, potensi vokal dan
potensi jiwa. Kemampuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak datang dengan
sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih.
Dalam memanfaatkan potensi tubuh, tubuh tidak harus
bagus, tidak harus tampan dan cantik, tubuh tidak harus juga lentur, yang
terpenting sanggup memainkan semua peran, mudah diarahkan dan tidak kaku dalam
memerankan peran tersebut. Walaupun seorang seniman teater berkecimpung didalam
dunia akting, mereka juga harus melakukan latihan menari supaya aktor mengenal
gerak berirama, latihan semedi supaya aktor mengenal lebih dalam artinya diam,
merenung secara insani, latihan silat agar aktor mengenal diri dan percaya diri
dan latihan renang agar aktor mengenal pengaturan pernafasan, karena aktor
harus mempunyai vokal kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas.
Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan
penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha agar jiwanya melebur dalam tokoh yang
diperankan. Penjiwaan seseorang dapat dibangkitkan lewat pengalaman dan
pengamatan. Misalnya, seorang tokoh bisa memerankan tokoh sedih dan menangis
tersedu-sedu dengan penuh penghayatan karena dia berpengalaman merasakan sedih
atau pernah mengamati orang bersedih, karena itu seorang aktor harus banyak
mengobservasi.
“Lakukan observasi pada orang lain untuk mempelajari
bagaimana mereka memproyeksikan citra mereka. Apa kesamaan-kesamaan yang ada
antara karakterisasi sosial ini dengan yang dilakukan diatas panggung, apa
perbedaannya, perhatikan dan ingat tingkah laku ekspresif yang realistis
terkecil apapun”[2]
Pentingnya potensi diri bagi seorang aktor adalah untuk
mengatur semua panca indra. Cara melatihnya melalui diri ciri ganda. Artinya,
suatu pengindraan disertai pengindraan yang lain. Misalnya, melihat sambil
mendengarkan. Kemudian potensi akal seorang aktor, seorang aktor harus cerdik
dan tangkas. Kecerdikan dan etangkasan itu bisa dimiliki kalau ia terbiasa
menggunakan akal, antara lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga yang
berhubungan dengan pikiran seperti catur atau teka-teki silang.
Metode Latihan Teater
Karya seni yang lebih mementingkan proses, lebih
menghargai pengalaman dari pada hasil akhir. Dengan melalui proses
seseorang akan dapat menghasilkan akting yang baik. Akting yang baik tidak
berupa dialog saja, tetapi juga gerak. Dialog yang baik adalah dialog yang
terdengar baik, jelas, dimengerti, dan sesuai dengan tuntutan peran. Kemudian blocking
juga sangat berpengaruh didalamnya. Blocking merupakan penempatan pemain di
panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling
menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Secara umum hal yang harus dilakukan pemeran disaat
memerankan sebuah tokoh dalam naskah teater adalah meditasi dan konsentrasi. Meditasi
adalah menenangkan pikiran sebagai suatu usaha untuk mengosongkan pikiran
dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri. Meditasi sebagai jembatan untuk
membawa seseorang dari alam kehidupan sehari-hari ke alam latihan. Sedangkan konsentrasi
adalah “memusatkan”. Dalam teater pemeran harus memusatkan pikirannya untuk
latihan agar peran-peran yang dimainkannya tidak diganggu oleh pikiran-pikiran lain
sehingga pemeran dapat menjiwai peran yang dimainkannya.
Langkah-langkah dalam tahap latihan. Pertama casting,
casting adalah pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang
dibawakan berdasarkan observasi pribadi karakter calon pemeran yang akan
dicasting, yang memiliki banyak kecocokan dengan tokoh yang akan dimainkan
dalam hal emosi dari pemerannya. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan
memudahkan pemeran untuk menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan
tuntutan cerita. Agar dapat memilh aktor dengan karakter yang tepat, sutradara
harus memahami watak dan karakter tokoh didalam naskah tersebut.
“Tuntutan Stanilavsky bahwa aktor harus merasakan apa
yang mereka bayangkan menimbulkan permasalahan untuk meganjurkan mereka
memiliki emosi yang harus sepadan dengan emosi tokoh yang mereka bayangkan. Kesulitan
tugas sang aktor muncul ketika mereka harus menciptakan suatu sikap yang benar
baik bagi kepribadian dan teks aspek yang sudah dikenal tapi kemudian ditransedensikan,
sesuatu yang lain dari “yang lain” dan dibentuk”[3]
Hal
kecil yang perlu mendapat perhatikan adalah latihan teknik masuk, memberi isi,
memberi tekanan, mengembangkan permainan, penonjolan, ritme dan timing yang
tepat. Tahap berikutnya adalah latihan sistem acting, baik dalam hak eksternal
maupun internal melalui pendekatan metode, maupun teknik. Dengan
semangat dan ketekunan berlatih, proses
latihan yang sudah berhasil dilakuan dapat diwujudkan ke dalam
sebuah pementasan. Kerjasama sebagai semangat seni teater dapat dijadikan acuan
proses penciptaan.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan
dari pembahasan diatas bahwa teater bukan sekedar pementasan saja, melainkan teater
merupakan sebuah cerita tentang konflik kehidupan yang ditampilkan diatas
panggung. Berbicara teater tidak hanya berbicara
naskah atau sutradara yang merajut proses,
aktorlah peran utama didalam teater, tanpa peranan aktor
didalamnya, teater tidak akan dapat dipertunjukkan. Sebagai pencipta teater haruslah
memahami teori tentang pemeranan dalam proses menggarap sebuah naskah teater
sehingga dapat mewujudkan akting yang baik. Bagaimana seorang pemeran masuk
kedalam tokoh yang dimainkannya dan menghilangkan karakter dirinya sehingga menghasilkan
karakter yang cocok sesuai dengan tuntutan naskah. Dengan demikian seorang
pemeran dianggap berhasil menjadi aktor yang dapat memerankan aktingnya dengan
baik.
Daftar Pustaka
Ismet,
Adang. 2005. Seni Peran ( Bandung :
Kelir)
Sitorus,
Eka D. 2002 The Art of Acting ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama)
Stanislavsky.
2002 Sistem Pelatihan Lakon (Yogyakarta
: Penerbit MSPI dan arti)
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)